Selasa, 27 Desember 2011

banjir tanpa protes


: di pundak odongodong
peluh menggumpal
di bahu dahi
sepagian
dan
coklat air menjadi monster
meluap kejar-mengejar
mumbul
dari gorong-gorong kota
berbanding terbalik
di dalam kepala
timbunan
lembar kertas kerja
berserak
dari laci
atas meja
sampai ke selokan hati
pun inbox email
terbaca penuh
dengan pengingat deadline

duh,
haruskah
kumaki Poseidon
sembarang melempar tridan
memaki masyarakat
sembrono membuang sampah
atau
pemerintah asalasalan
membangun drainese

-- yang jelas;
aku pucat sekarang
takut terjungkal dari odongodong
plus fobia meja kerja
hingga tiba siang
nanti
di kantor tersiksa --


(sajak kolaborasi dengan Dwi Andari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar