Rabu, 30 April 2014

mengeja duri



"wahai..
siapa yang melintas di hujan kabut
meretas gerumbul pepohon teh
dingin yang mengajarkan gigil
atau
sayat angin di pinggan unggun
duhai..
'ngkaukah yang berjinjit di tanjak fajar
menginjak bara bersisa puntung
luka yang mengajarkan erang
atau
menghidu ruap tanah
menikmati geletar dingin di pori-pori..
tarian tempiasnya pada rerintik airmata
masih tak cukup membasuh..!?" –
 






‘ngkau di mana..!?


: ..dan seperti wajah mentari fajar itu
halimun pun jatuh
di meja selembah
mencipta irama hening
siluet senyum tirusmu
tiris di ujung kanopi awan..

aku masih setia
mengeja irama hujan
pada tiap titikrintiknya...
mencoba melukis jiwamu
pada kanvas bening
niatku..
belum jua sempat tersimpul..
aih,
'ngkau di mana, duhai..!?

// Patah Hari...! //


-- cahaya, bagaikan sebuah sangkar, setelah menyingkirkan keabadian yang gelap;
dan jam-jam melompat, menjerit di dalam batas-batasnya,
bagaikan burung-burung yang terkurung. -- 

(Rabindranath Tagore - Sanyasi)


: setiap kali kutatapi mentari turun, menuju kelam:
kata-kata kerap pula tersumbat di tengah
bahkan,
kebencian pada makna semakin meruyak
dalam luka kenisbian

setiap kali kudatangi;
kelam menagih perih
bayang-bayang terperangkap,
mencakari semua celah pengusung cahaya
...

--- aku cuma ingin berkata: Rindu ---

sebenarnya.

-- Mind Eyes Blinked --


bahwa;
ada saatnya
sesuatu yang ‘ngkau lupa
akan lebih baik
jika
kelak kau sendiri yang mengingatnya
sebab
hati manusia bagaikan museum
menyimpan banyak kenangan..

museum yang baik
menata artefak paling bersejarah
menyusun papirus pentingnya
dengan tepat
memilah pilah
mana yang masih perlu diletakkan
di tempat prioritas
mana yang dibuang saja
ke gudang

bukankah
setiap pertanyaan
selalu turun bersama jawabannya
dan
untuk mempertemukan keduanya
cuma waktu “yang dibutuhkan”

bagiku..! atawa sajak coba-coba romantis

: telah kusaksikan sepenuh matahatiku
dengan sungguh sungguh
pijar jingga gerhana di hatimu
menyisakan percik bara
membutakan hingga

bagaimana mungkin dapat menipu jiwa
dan

mengisi hatiku dengan yang lain..

-- sementara,
'ngkau telah memenuhi
melukisnya
takmau lalu dari situ..!? --

tak pula kupinta menyayangku hingga ujung waktu
cukup di tiap hembus
dan
tarikan nafasmu, sayang..

sebab,
bagiku..
itu adalah harta paling indah di fana dunia


(ah, aku terlalu mengada-ada.. ya..!?)

terkurung pandora rindu

: pada senja bias kemarin..
tadi
hingga beberapa musim berlalu
haruskah pula
serapah membakar gemericik kabut luruh
tempatku menuang tinta
tersirat luka..!?

dan
sebentar malam menjemput
kabut turun tiba-tiba
dingin menghujam kuduk
gigir terhidang sepersekian masa
hujan masih rinai
mengurungku
di pandora rindu..

Jumat, 25 April 2014

// Residivis Qalbu //

: entah
semalam atau malam kapan
aku terlupa
mengatup jendela qalbu..
engselnya menjerit
berderit
meski terbangun,
tersadar..
aku tak mampu menginterupsi
menggagalkan
maling merampok hatiku

dia gondol semau-maunya
semua-muanya..
tanpa sisa

paginya baru aku mengerti
kenapa kubiarkan
sang rampok mencuri hatiku habis-habisan

karena..
ia terlalu indah untuk ditangkap
terlalu baik untuk dijebloskan
ke penjara qalbu..!

Kamis, 24 April 2014

// pasung jiwa //

“untuk kali ini
hari ini
dan
keterusannya..
kupasung jiwaku
di penjara qalbumu

takkan kubiarkan lagi
ia mengembara
lalu melakukan kecerobohan
yang akan membuatnya tersesat – lagi --
pada jiwa jiwa yang skeptis
dan
apatis..!”

sudikah..!?

-- return to serenity --

....
: kuhaturkan hatiku padamu, wahai kekasih..
biar 'ngkau lihat merahnya,
biar kau bisa rasa denyutnya,
biar bisa dikau genggam cintaku
hanya untukmu

kan kuikat hatimu
dengan untai benang kasih
tiara di jemala qalbu
menyelimutinya dengan kain jiwa
hingga
kau merasa seakan telah mengenalku
berabad-abad lalu
saat Adam bertemu Hawa
di Jabal Rahmah

“jika memang taqdir mempertemukan kita
pada suatu titik, kelak

aku berharap,
itu memang taqdir kita..!”

Selasa, 22 April 2014

// Sedimentasi Senja 17:01 PM //


: hmm..
pastinya,
‘ngkau lebih indah dari senja, baik senja ini
petang atau sore terdahulu
-- selalu mempesona, maksudku.. –
sungguh
meninggalkanku setiap hari
lalu
alihrupa sebagai pagi
yang juga selalu berbeda

sedangkan ngkau..
yang selalu hadiri imaji
kerap mengobrak abrik logika
menyodorkan harap hingga ke mimpi

‘ngkau yang selalu riang bermain menari nyanyi
lantunkan tembang asmara pada riuh qalbu
serupa adiktif
njelmakan candu rindu tiap kedatanganmu
setiap kehadiran
dan sedetik dari pergimu

ahh,
bagaimana mungkin kutak merindumu
dengan tak lebih rindu
dari senja yang sebentar lagi pulang ke pelukan malam..!?

tidak dikasih judul

: tebing hampa
deru dingin
menampar dinding angin...!
kusasar halimun
yang menerpa tempias
pada bebatuan cadas qalbumu..!

'ngkau mungkin tak tau,
bagaimana nyeriku..
ketika tanpa kumau
tak kusadari..
siluet wajahmu menjajah ingatanku..!
ugh..

14 Jumadil Akhir 21:55 menit

: purnama dibenam birahi
Ia melintas di orbit bumi
mengejar bayang sendiri
hingga ke lanskap Barat

Sya’ban masih setengah lagi
teriaknya
parau tanpa audiens

balada kontradiktif atawa sajak pendek buat kamu

: baiklah..
aku akan berhenti mengejarmu
tetapi
jangan paksa aku untuk berhenti mencintaimu..

he he he..

Rabu, 09 April 2014

-- ..should have known better --

: aku tau kita bertolak belakang
terbalik..
terkontradiksi serupa mata uang
dengan dua sisinya

jadi, tolong..
cukup kali ini saja
tahan sebentar lidahmu
dan
dengarkan aku..

“taukah..
kita diperintahkan terpisah
‘ngkau dengan malaikat pengasuhmu
aku diasuh iblis penggodaku..!”

jadi kenapa..!?
biarkan saja..
toh aku tak keberatan
tak peduli sekerjappun
senilapun..!

// lanskap senja..//

: gerung angin seperti berkata
meneriakkan nyaring
sempadan qalbu
berkali-kali
simultan tanpa henti
menembusi gemuruh derai hujan..
tetapi..
kenapa 'ngkau
belum jua mendengarnya..!?

episode intimidasi


: sunyi mencemburui percintaanku dengan acuh
menceracau dengung simultan
bahkan memusuhi sesengitnya
Ia hantam berkali-kali
bertubi tuba..

aku dan acuh terintimidasi
kami terberai cerai pada kelengangan
masing terasing..

-- sejak itu aku tak pernah lagi bertegur sapa pada sunyi dan kembarannya, sepi..--

Selasa, 01 April 2014

Dear Pengantin Qalbu:

“aku cuma punya 1 rumah
dengan fondasi cinta
kubangun di Kampung Akhirat
beralamat di jalan Syurga
nomor 99

tetapi, pernah jatuh
hancur
roboh dan terseret banjir
dihantam kepentingan Duniawi
digerogoti ngengat keacuhan..

itulah makanya,
kini aku
cuma pingin membangun..
bukannya jatuh..
cinta..!”

ha ha..