Kamis, 26 Juni 2014

-- leaden soldiers --

: .. dan
malamku
dikepung serdadu kelam
mereka menembakiku
dengan peluru rindu..!

ugh..

// titip niat untuk sepi.. //

: sepi telah menipuku dengan damai....
sekali ini tanpa terniat, sungguh.

padahal sepi-mu sesepi sepi-ku
kau bersembunyi
di sebalik episode mimpi putih
yang menebar wangi janji pecinta

kau menarikan gemulai pesona kekinianmu
sembari menembang nyanyi sunyi gulanamu

niatku tersandung janji-janji itu,
dan
tak kuselesaikan pada saatnya

maka, kutitipkan niat itu...
untuk tak kutagih, sampai kelak

Senin, 23 Juni 2014

to: Faccia D'Angelo



: langit pecah
di sela ribuan gumpal awan
tak ada senyum rembulan
jutaan jarum hujan rinai belum henti
masih bernyanyi

kutuntaskan segala
di ujung lanskap gemunung
satu persatu
sehurup-demi sehuruf
dari huruf pertama hingga terakhir...

disambut gerung
dan
reriung angin
memeluk dalam riaknya

-- aku tak pernah berharap huruf-huruf itu terdampar,
sebab pantainya adalah hatiku.. --

Minggu, 22 Juni 2014

prolog pagi 07:17 menit

: lumayan..
– daripada lu manyun –
sementara menunggu
sisa letih
cuma punya
sebatang harap
segelas
hangat semangat
..tanpa
korek api..

ha ha..

Rabu, 18 Juni 2014

Senja 20 Sya’ban 17 : 01



: waktu itu..
cuma ada
sekeping emosi
sekerat kebencian
sebakar marah
dan
beberapa helai kecewa

wajar kukira..
aku masih manusia

waktu kini..
berbanding 1710
cuma  kurang 9 derajat
untuk mencukupi 180nya
tanpa erupsi, kupikir..
dan
jauh dari retorika
apalagi alibi
atau
su’udzon.. 


-- udah, itu saja.. --

Senin, 16 Juni 2014

reportoar pagi 07 : 07 menit

: aih..
pastinya,
‘ngkau lebih indah daripada pagi kapanpun
apalagi pagi berkabut ini
-- selalu mempesona, maksudku.. –
sungguh
meninggalkanku setiap hari
lalu
alihrupa sebagai senja
yang juga selalu berbeda

sedangkan ‘ngkau..
yang selalu hadiri imaji
kerap mengobrak abrik logika
menyodorkan harap hingga ke mimpi

‘ngkau yang selalu riang bermain menari nyanyi
lantunkan tembang asmara pada riuh qalbu
serupa adiktif
njelmakan candu rindu tiap kedatanganmu
setiap kehadiran
dan sedetik dari pergimu

ahh,
bagaimana mungkin kutak merindumu
dengan tak lebih rindu
pada pagi yang sebentar lagi pergi
ke pelukan terik siang..?

Kamis, 12 Juni 2014

rembulan 13 Sya’ban dan gigir angin

sepertinya
hidup memang serupa kebetulan
-- kebetulan yang disengaja --
seperti halnya taqdir
yang juga dibuat
dan
dirancang sedemikian rupa
oleh Tuhan..!?

: awan bersisik lamban gerak
menari tanpa lagu di gigir angin
rembulan masih tersembunyi
ragu menekannya untuk hadiri tahta

aku masih menunggu
wajah itu
senyum itu
mata itu
hingga ke median malam

untuk tak kukhianati perca sinarnya..
ya, cuma untuk malam ini..

Selasa, 10 Juni 2014

// kontradiktif absurdis //

: sefajaran tadi
kusaksikan
kabut turun dari gunung
ia merebahkan letihnya

pada semburat sisa cahaya
dan cumbuan rembulan
yang telat pulang..

seharian ini
mata qalbuku ditampar angin rindu
berkali-kali
hingga mereka kelilipan debu cinta
perih pedih..
namun membahagiakan
..

ahh..
(batinku tersenyum)

Senin, 09 Juni 2014

// rendezvous memoar //



: ada yang pernah bilang..
kalau kita bisa mengerti gunung
maka.. gunung akan membuka kenangan
akan seseorang yang tadinya melayang jauh
tinggi di bagian hati paling terjal..!

-- tau, kenapa..!?
sebab, tak semua orang mampu mencapai puncak gemunung, kan..!? --  

“..wahai gunung gemunung..
jika memang
‘ngkau yang membuka pandora kenangan
pada file batinku..
tolong
siapkan wadah paling jernih
agar
tak tumpah bercampur amarah..!”

Minggu, 08 Juni 2014

// prefiks minor //



: bergeserlah sejenak
beri ruang sedikit, meski sempit
untuk memahami realitas
ilusi
imajinasi
atau
mimpi

sebab, duniamu tak berbatas
hingga kelak ke akhiran
bukan cuma fana semata..!