Kamis, 24 Januari 2013

prolog;... (kita, tanpa referendum)


: terpikat sang senja
kita sepasang berjalan
nyusuri cakrawala pantai
tersihir warnawarni sempurna
mentari tua yang letih
berlarian arah berliku tanpa alas

di hamparan pasir berkerikil
tak ada kesan baik tertinggal 
seketika nafas hingar 
meloroh berpacu di seruang jantung 
tersekat di tenggorok
bersuara sengau 
serupa lenguh kerbau 

di bibir pantai
dipenuhi norma aturan ratusanribu
kita sepasang berdiri gamang
menanti badai
sekarat,
menunggu ajal ditemani pengkhianatan 
dan..
pengampunan..!?

kita sepasang
saling tatap teriaki liuk sang taqdir
yang tak pernah berpihak
untuk sebuah perbedaan sumir..
membayar mahal
sebagai budak ketakberdayaan
rasa pun tergadai tanpa referendum

uhh..
kita sepasang
gontai langkah diipuk*malam
menderai
genggam lepas pada gelapan harap
berjumpalitan bilik paru-paru 
sesak melata ke ubun-ubun 
darah pelan mengental 
pedat 
teramat menyakitkan 
tak ada tangis 
tak ada tawa 

senyumpun tidak..


Sajak Kolaborasi dengan Dwi Andari

ipuk* = rayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar