: yang tak 'kan pernah berubah
diantara kita
hanya sebuah ingin di urat darah
--- bahagia mu - ku.. ---
hingga kuingin tangisku yang pertama
dalam tangisku kini
tangisan yang terlantun usai ari-ku terlepas
dari rahim-mu, bunda
lentangkan semua kehampaan yang hadir
bukankah telah rampung segala tanya..?
manuskrip-manuskrip do'ayang kerap dilafadz di setiap kencan rituilmu
adalah segenggam mutiara
tetap saja dengung di telinga
berubah-ubah
boleh kupinjam bunda
cuma beberapa bentar
sekedar hapus bening yang terus menetes
diterpa kesal, banjiri amarah
dengan diam sesal
boleh, Tuhan..!?
karena,
hanya dengan lembut ucapnya
aku bening tenang
dalam bisik do'anya
aku hening damai
ya, sebentar saja..
semenit dua
izinkan aku memeluknya
meski di mimpi, hanya
sebab, tangis-duka bunda
menjadi tetes darahku
yang telah menjadi "hutang tak terbayar.."
tak pernah mampu..!!
(Sajak Kolaborasi dengan Dwi Andari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar