“ssttt..
jangan bilang bilang, ya..
tolong jangan juga ketawa, apalagi muntah..
sungguh..
ini bukan rayu atau gombalism..
sungguh..
ini bukan rayu atau gombalism..
cuma
sekedar 'ngkau tau, kok..
tapi kamu harus pertanggungjawabkan, loh.
tapi kamu harus pertanggungjawabkan, loh.
soalnya..
aku
kini telah kehilangan sesuatu..
sedikit
memang, cuma seiris..
sekerat,
mungkin.
tak
lebih dari sekepalan tangan doang.
namanya hati..”
ceritanya
begini:
tadinya..
aku
punya sekerat hati
yang
kujaga bagai porselen antik..
sehati-hati
mungkin
agar
tak retak dan pecah –lagi–
akibat
kejahilan tangan
tak
bertanggungjawab..
rencananya
akan
aku serahkan.. tanpa syarat
pada
seseorang
yang
mampu menjaga
merawat
dan
mengasihinya
dengan
keseimbangan rasa..
celakanya..
itu telah 'ngkau rampok
dengan semena-mena..
jadi, sekarang..
'ngkau bukan saja punya dua hati
tetapi juga dua opsì..
'ngkau bukan saja punya dua hati
tetapi juga dua opsì..
balikin
atau..
simpan serapatnya
dekat hatimu..!
atau..
simpan serapatnya
dekat hatimu..!
dem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar