: mengapa harus sajak
yang aku tulisi di keningmu,
di pelipismu,
di pipimu?
– apa masih basah dirindu awan? –
sementara kemarau menunjuk batang hidungku,
angin menggoyangkan sendi-sendi sepi
..tiba-tiba aku
sadar dan menyesal,
menemukan rinduku terburai mengampas..
-- dalam seduhan kopi --
sedang 'ngkau menyesal dan sadar
.. rindumu membungkal jadi pahit
kita seruput cangkir yang sama
tetapi, berbeda rasa..!
haha..
bus senja melaju,
lonceng di dada mengasapi ruang-ruang kosong
dan gelap
– mungkinkah di situ kau temui bangkai penyair? –
pastikan saja,
tak ada suatu yang tampak manis dalam keharuan ini,
esok nanti tak ada perahu kertas
yang dilayarkan bersama surat cinta,
warna-warna lampu mengedip pada batu!
bukankah seperti katamu,
denganku adalah:
kenangan bodoh yang manis?
Sajak Kolaborasi dengan Hadihaqyan D. Donny
yang aku tulisi di keningmu,
di pelipismu,
di pipimu?
– apa masih basah dirindu awan? –
sementara kemarau menunjuk batang hidungku,
angin menggoyangkan sendi-sendi sepi
..tiba-tiba aku
sadar dan menyesal,
menemukan rinduku terburai mengampas..
-- dalam seduhan kopi --
sedang 'ngkau menyesal dan sadar
.. rindumu membungkal jadi pahit
kita seruput cangkir yang sama
tetapi, berbeda rasa..!
haha..
bus senja melaju,
lonceng di dada mengasapi ruang-ruang kosong
dan gelap
– mungkinkah di situ kau temui bangkai penyair? –
pastikan saja,
tak ada suatu yang tampak manis dalam keharuan ini,
esok nanti tak ada perahu kertas
yang dilayarkan bersama surat cinta,
warna-warna lampu mengedip pada batu!
bukankah seperti katamu,
denganku adalah:
kenangan bodoh yang manis?
Sajak Kolaborasi dengan Hadihaqyan D. Donny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar